Sabtu, 22 Agustus 2015

Tahlil Bersama Meriahkan Malam ‘Tirakatan’ 17 Agustus



Sehari sebelum tanggal 17 Agustus yaitu saat merayakan hari Kemerdekaan Indonesia, sering digelar malam tirakatan atau malam menjelang esok merayakan dirgahayu Indonesia. Saat malam tirakatan ini biasanya warga akan datang dan kumpul untuk kemudian mengenang jasa-jasa para pahlawan, diantaranya dengan mendengarkan "kesaksian" atau kisah dari para sesepuh warga yang dahulu sempat mencicipi bagaimana perjuangan merebut kemerdekaan. Kegiatan ini biasanya akan menjadi inti dari acara tirakatan tersebut selain nantinya juga akan ditutup dengan ramah tamah dari warga sendiri.
Besar kemungkinan, kosakata tirakatan tersebut secara etimologis berasal dari thariq atau thariqah (bahasa Arab) yang berarti jalan. Maksudnya jalan hidup asketis seorang sufi atau dalam dunia tasawuf yang ditempuh untuk mencapai kemuliaan dan kedudukan (maqam) yang lebih dekat dengan Tuhan.
Dalam konteks malam pitulasan, tirakatan ini menjadi sejenis syukuran kepada Allah sebagai acara rutin yang diadakan di setiap RW pada setiap malam menjelang 17 Agustus, selepas waktu isya atau sekitar pukul 20.00 sampai tengah malam. Di samping itu, tirakatan juga bisa dimaknai semacam sarasehan dan renungan bersama tentang makna dan fungsi kemerdekaan bagi seluruh anak bangsa.
Di kampung Suburan Barat juga tak ketinggalan mengadakan kegiatan tersebut yang digelar di Halaman Pesantren Al Badriyyah bersama masyarakat dan para santri, pada Ahad malam (16/8).
Ketua RT, Bapak Nu Hadi mengemukakan pentingnya mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang untuk negara dan bangsa.
" Acara ini digelar sebagai salah satu wujud untuk mengenang dan menghargai jasa para pahlawan yang berjuang untuk meraih kemerdekaan, dimana bayak sekali kyai dan santri yang mempunyai andil besar dalam perjuangan kemrdekaan," jelasnya.
Sedangkan bapak Supardi sebagai sekretaris RT mengatakan, malam tirakatan tersebut untuk mengenang perjuangan para pahlawan bangsa dan memupuk semangat nasionalisme.
"Dengan semangat nasionalisme dan mengenang jasa pahlawan, masyarakat dapat memberikan kontribusi positif bagi pembangunan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia," tuturnya.
Doa bersama dan bacaan Dzikir Tahlil yang dipimpin oleh KH. Muhibbin Muhsin Al Hafidz dan doa oleh KH. Abdul Kholiq Murod, Lc menjadi acara inti dalam kegiatan ini.
Acara kemudian ditutup dengan makan malam dan ramah tamah dengan tetangga-tetangga juga para santri sembari mempererat tali persaudaraan. (bz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Terima kasih telah berkunjung ke blog kami, silahkan berkomentar dengan sopan"